All on my mind

Monday, December 19, 2005

KING KONG: Cinta Monyet Segitiga

Lewat film ini, Peter Jackson mencoba menghidupkan kembali King kong yang dulu sempat berkibar pada tahun 1933 kemudian di remake juga tahun 1967. Setelah sebelumnya menghidupkan novel karya J.R.R. Tolkien dalam pembuatan trilogy Lord of The Ring, kali ini dia me-remake film yang dahulu sangat fenomenal.

Alkisah Carl Darnham (Jack Black) seorang sutradara picisan, yg ingin membuat sebuah film di pulau tengkorak (skull island), sebuah pulau yang tidak tertera di dalam peta resmi. Namun yang menjadi masalah adalah ia tidak memiliki seorang pemain
wanita, sampai akhirnya dia bertemu dgn Ann Darrow (Naomi Watts). Ketegangan mulai dibangun saat kapal mereka mendekati skull island, mulai dari batu karang yg terjal, cuaca buruk sampai akhirnya mereka bisa berlabuh menemukan sebuah kota yg hilang yg dilupakan oleh waktu, diisi dengan orang2 primitif kanibal yang cukup seram, dimana akhirnya Ann diculik untuk dijadikan korban persembahan untuk King Kong. Jack Driscoll (Adrien Brody), penulis cerita untuk film Carl yang jatuh hati kepada Ann mencoba menyelamatkan Ann dengan masuk lebih jauh ke pulau tersebut. King Kong berhasil ditangkap dan dibawa ke New York untuk dijadikan tontonan sampai akhirnya dia mengamuk di tengah kota mencari Ann, cintanya, sampai akhirnya terjadilah pertempuran di puncak menara Empire States dimana si King Kong mati.

Film ini sangat membangun ketegangan terutama di skull island, saat Jack Driscoll dan kru kapal mencoba menyelamatkan Ann, diselingi “stampede” dari Brontosaurus dan Raptor, serangga2 raksasa yang menjijikkan, dimana adegan2 ini sebetulnya tidak perlu tapi sangat seru untuk disaksikan terutama saat King Kong melawan T-rex…. That was an awesome fight… ^_^ Tidak hanya ketegangan, penonton pun diajak untuk tertawa melihat tingkah laku si Kong. Secara alur cerita, film ini tetap bertahan pada cerita aslinya namun dengan tambahan2 adegan yang sudah disebutkan tadi. Hal ini menyebabkan terjadinya “pembengkakan” durasi film mencapai 187 menit, jika dibandingkan film terdahulunya yang hanya 100 menit.

King Kong disini terasa lebih hidup, mimik mukanya digambarkan dengan baik sehingga kita bisa menebak perasaan dari si Kong. Dengan visual effect yang memukau, yang sepertinya sudah menjadi sebuah standard dari film, film ini mampu mendeskripsikan kondisi dan keadaan setiap adegan sehingga membuat penonton (paling gak gw) seperti “merasakan” ada di sana. Jika dibandingkan dengan film-nya terdahulu jelas, bahwa
King Kong versi baru ini jauh melebihi versi lamanya, karena dengan kemajuan teknologi animasi dan visual effect mampu membuat film ini menjadi lebih hidup, tapi jika dibandingkan dengan film2 jaman ini, King Kong ini tidaklah sefenomenal dibandingkan saat King Kong dirilis pada tahun 1933.

For all of that, I give this movie 4.5* (out of 5*)

QOTM (Quote of the Movie): “it’s not the plane that killed the beast. The beauty killed the beast.” – Carl Darnham


Havenu Shallom Alechem
[pst-e]

0 Comments:

Post a Comment

<< Home